Tugas hadis
tarbawi 1
Nama : Khoirul
Imam
Kelas/ Semester : PAI A / II
Mata Kuliah : Hadis Tarbawi
Dosen : Hajiin
Mabrur, MSI
Guru Sebagai
Ujung Tombak pendidikan Islam
1. Pengertian Guru
Dalam bahasa Arab guru dikenal
sebagai al mu’alim atau ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis
ta’lim (tempat belajar). Dalam hal ini guru mempunyai pengertian orang yang
mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritual manusia. Sehingga dari beberapa
definisi di atas pengertian guru menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas
pada kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual
intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual Intelligence), tetapi
juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic). Semua kecerdasan
itu pada hakikatnya menjadi bagian dari kecerdasan ganda (multiple
intelligence). Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan
emosional intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.
Tercantum dalam al-Qur'an surat
al-Jumu’ah ayat 2 Dalam pendidikan guru merupakan kunci utama dalam agenda
proses kemanusiaan (pendidikan) di mana guru sebagai ujung tombak pendidikan
harus mampu secara evolutif membangun manusia memiliki norma-norma hidup dan
berkata-kata. Sehubungan dengan itu Allah telah memberikan petunjuk kepada para
rasul tentang apa yang seharusnya di didikan kepada umat atau kepada generasi
penerus sebagaimana dalam firman Allah swt :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي
الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ
كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (الجمعة : 2(
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al-Jumu’ah: 2)
2. Peran Seorang Guru dalam Pendidikan Islam
Keberadaan guru dalam pembelajaran
di Madrasah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum
dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih
banyak unsur-unsur yang terdapat dalam diri para peserta didik yang tidak dapat
diganti seperti unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi,
kebiasaan dan lain-lain. Guru merupakan ujung tombak penggerak kemajuan dalam
pendidikan.
Dalam sebuah hadist Rasulullah
pernah bersabda :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى
الصَّنْعَانِيُّ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ
جَمِيلٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ
الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى
أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ
فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ
الْخَيْرَ.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ قَالَ سَمِعْت أَبَا عَمَّارٍ الْحُسَيْنَ بْنَ حُرَيْثٍ الْخُزَاعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ الْفُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ يَقُولُ عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ قَالَ سَمِعْت أَبَا عَمَّارٍ الْحُسَيْنَ بْنَ حُرَيْثٍ الْخُزَاعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ الْفُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ يَقُولُ عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
“Telah memberitahukan kepadaku
Muhammad bin Abdul A’la Ash-Shan’ani, katanya: telah memberitahukan kepada
Salamah bin Raja’, katanya: telah memberitahukan kepadaku Walid bin Jamil,
katanya: telah memberitahukan kepada Al-Qasim Abu ‘Abdirrahman, dari Abu Umamah
Al Bahili berkata: “Disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
dua orang laki-laki, yang satu seorang ahli ibadah dan yang satunya seorang
yang berilmu”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang yang ahli ibadah
seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah di antara
kamu”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi hingga semut yang
berada di lubangnya, dan ikan-ikan selalu mendoakan seorang guru yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia”.
Abu ‘Isa (Tirmidzi) berkata: “Hadis ini adalah hadis hasan gharib shahih. Saya telah mendengar Abu ‘Ammar al-Husain bin Harits al-Khaza’I berkata: “Saya telah mendengar Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Orang yang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya diagungkan di kerajaan langit”[1]
Abu ‘Isa (Tirmidzi) berkata: “Hadis ini adalah hadis hasan gharib shahih. Saya telah mendengar Abu ‘Ammar al-Husain bin Harits al-Khaza’I berkata: “Saya telah mendengar Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Orang yang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya diagungkan di kerajaan langit”[1]
Dari hadist diatas jelas mengatakan
bahwa seorang guru lebih utama dari seseorangabid [2]yang
hanya sibuk beribadah tanpa memperdulikan orang-orang yang berada
disekitarnya sehingga lupa untuk ikut serta mengamalkan ilmu yang ada padanya.
Dan seorang abid yang mengamalkan ilmu dan mengajarkannya pada
orang lain jelas lebih utama dari seorang guru yang tidak beribadah.
Sebelum kita membahas tentang guru
lebih jauh, bahwa teladan guru yang utama yang patut kita contoh adalah
RasulAllah Saw. Beliau patut kita contoh dalam segala bidang termasuk dalam
proses pembelajaran. Kemampuan beliau berdakwah guna menyebarkan ajaran Islam,
mengajarkan bahkan mendidik umat dari awal turunnya wahyu hingga meninggal.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ
اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهِ وَاليَوْمِ الأَخِيْرِ
“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan hari kiamat”[3]
Menurut Mulyasa peran guru dalam
proses pembelajaran adalah :
1. Guru Sebagai
Pengajar, Pendidik, Pelatih, Penasehat dan pembimbing
2. Guru Sebagai
Pribadi
3. Guru Sebagai
Pemindah Kemah
4. Guru Sebagai
Evaluator[4]
Peran guru yang telah dipaparkan
oleh Mulyasa diatas telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Untuk lebih jelasnya
sebagai berikut :
1. Guru sebagai Pengajar, Pendidik dan
Pembimbing
Melalui
peranannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam diri dan meningkatkan kemampuannya dalam segala hal.yang
dimilikinya. Dikarenakan kemampuan paedagogik guru dapat menentukan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. RasulAllah Saw
selalu menyampaikan wahyu dari Allah setelah beliau mempelajarinya terlebih
dahulu. Sehingga bahan atau materi tersebut berkembang terlebih dahulu dalam
diri beliau. Hal tersebut dapat kita perhatikan dari kisah-kisah RasulAllah
sehari-hari. Seperti dalam hadist yang menerangkan tentang ikhlas berikut ini :
عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّاِب رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيّاتِ وَ إِنَّمَا لِإِمْرِئٍ مَانَوَى فَمَنْ كَانَتْ
هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُولِهِ وَ
مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا
فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رواه البخارى)
“Diriwayatkan
dari Umar ibn Khattab RA, ia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw bersabda :
“Bahwasanya amal itu hanyalah berdasarkan pada niatnya. Sesungguhnya bagi
tiap-tiap orang (akan memperoleh) sesuai dengan apa yang dia niatkan.
Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh
keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena mencari
dunia ia akan mendapatkannya, atau karena perempuan, maka ia akan menikahinya.
Maka (balasan) hijrah sesuai dengan apa yang diniatkan ketika hijrah”. (HR. Bukhari)[5]
Dalam hadist
diatas dapat kita pahami bahwa, Rasul Saw menganjurkan setiap muslim untuk
ikhlas dalam segala kegiatan yang positif. Dan sebelum itu Rasul Saw
menunjukkan keikhlasan tersebut terlebih dahulu dalam kehidupannya sehari-hari.
Kemudian Suwaid menceritakan hal
tersebut dan Nabi bersabda :
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ (رواه
إبن ماجه)
“Seorang Muslim adalah bersaudara
dengan sesama muslim lainnya” [6]
2. Guru Sebagai Pribadi
Sebagai
individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian
yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah
”guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru atau diteladani.[7]
Hal ini benar adanya. Imam ghazali
pernah mengatakan bahwa :
”Seorang guru itu harus
mengamalkan ilmunya, lalu perkataanya jangan membohongi perbuatannya. Karena
sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati. Sedangkan perbuatan dapat
dilihat dengan mata kepala. Padahal yang mempunyai mata kepala adalah lebih
banyak”[8]
Dari perkataan
tersebut jelaslah bahwa seorang guru hendaklah mengerjakan apa yang
diperintahkan, menjauhi apa yang dilarangnya dan mengamalkann segala ilmu yang
diajarkannya, karena tindakan dan perbuatan guru adalah menjadi teladan bagi
anak didiknya.
3. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini
selalu berubah-ubah, dan guru adalah seoranf pemindah kemah, yang suka
berpindah-pindah dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju
sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Rasulullah
Saw diutus membawa agama Islam sebagai rahmatan lil-alamin. Membawa
umat dari keadaan hidup yang dinaungi perbuatan-perbuatan tercela menuju
keadaan hidup yang sa’adatun fi ad-dunya wa al-akhirah.
Dahulu kaum
Quraisy sering saling mengganggu hingga Rasulullah Saw datang membawa Islam
Rasulullah melarangnya dengan menegaskan dengan hadis berikut :
عَنْ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَمْرُو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ
المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ وَ المُهَاجِرُ
مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى عَنْهُ (رواه أحمد)
“Diriwayatkan dari Abdullah ibn
Amr RA,. Ia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : seorang muslim
itu adalah orang-orang yang menyelamatkan terhadap sesamanya muslim dari
gangguan lidah dan tangannya. Dan muhajir adalah orang yang menahan diri dari
apa yang dilarang Allah kepadanya” (HR, Bukhari).[9]
4. Guru sebagai Evaluator
Kalau kita
perhatikan dunia pendidikan akan kita ketahui bahwa setiap jenis
pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan akan selalu mengadakan evaluasi. Demikian juga dalam satu proses
pembelajaran guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai
atau belum.
وعليك أنزل ؟ ، قال : إني أحب أن أسمعه من غيري ، فقرأت عليه حتى إذا بلغت
فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤلاء
شهيدا .......................(أحمد)
Dari
Abdullah r.a, rasulullah saw bersabda: rasul bersabda kepadaku: “Bacalah
al-Quran untukku. ”saya berkata: ”apakah aku akan membacakan al-quran
untukmu, sedangkan al-quran ini turun kepadamu?” Beliau bersabda: “sesungguhnya
aku senang mendengarkan (bacaan al-quran) dari orang lain.“saya pun
membacanya sampai ketika tiba pada ayat: Fakaifa ‘idzaa ji’naa min
kulli ummatin bisyahidiin waji’na bika ‘alaa haa-‘ulaai syahiida” ia
berkata: saya melihat kedua mata beliau bercucuran air mata. (H.R Ahmad)[10]
Dalam keterangan lain:
قال عمر بن الخطاب : « حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا ،
“Umar berkata: Hisablah (evaaluasi)
dirimu sebelum engkau dihisab.[11]
3. Fungsi, Tugas dan Kewajiban Seorang Guru
Hujjatul
Islam, imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama adalah
menyempurnakan, membersihkan mensucikan serta membawa hati menjadi yang
taqorrub ila Allah. Para pendidik hendaknya mengarahkan peseta didik untuk
mengenal Allah lebih dekat melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidik dituntut
untuk dapat mensucikan jiwa peserta didik. Hanya dengan jiwa-jiwa yang suci
manusia akan dekat dengan khaliqnya. Berkenaan dengan konsep ini, an-Nahlawi
menyimpulkan bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan
ketrampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik
adalah tazkiyat an-nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa
peserta didik kepada Khaliqnya, menjauhkannya dari kejahatan dan menjaganya
agar tetap berada pada fitrah yang hanif.
Selain itu
dalam proses belajar-mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing
dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam sistem
pendidikan, memiliki landasan yang teramat kuat akan keharuan kepemilikan
profesional karena Islam adalah agama yang mementingkan keprofesionalan. Dalam
Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional dalam arti harus
dengan benar dan benar itu hanya mungkin dilakukan oleh orang ahli.
Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
عن أبى هريرة
رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
اذا وسد
الامر الى غير اهله فانتظر الساعة (رواه البخارى)
Bila sesuatu urusan di kerjakan oleh
orang yang tidak ahli maka tunggulah kehancurannya. (H.R. Bukhari).
Selain itu dasar dari kepemilikan
kemampuan atau keharusan kepemilikan kemampuan atau kompetensi seorang guru
terdapat dalam al-Qur'an surat (az-Zumar : 9).
…Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar
: 9).
Al-Qur'an sebagai landasan paradigma
pemikiran pendidikan Islam, telah banyak mengungkapkan analisis kependidikan
yang memerlukan perenungan mendalam, terutama bagi praktisi pendidikan,
pemikiran pendidikan yang berlandaskan berdasarkan kepada wahyu Tuhan menuntut
terwujudnya suatu sistem pendidikan yang komprehensif, meliputi ketiga
pendekatan dalam istilah ilmu pendidikan yaitu cognitive, affective, dan
psikomotorik. Ketiga pendekatan yang nantinya akan mampu melahirkan
pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan dalam menginternalisasikan
nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta didik ke arah pengalaman
nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi
realitas wahyu Tuhan.
Allah menciptakan manusia sebagai
khalifah di bumi (alam). Khalifah berarti memegang amanat, mandataris dan
kuasa untuk merealisir dan menjabarkan kehendak dan kekuasaan Allah di
alam. dalam hubungannya dengan fungsi rububiyah (kependidikan) terhadap alam
manusia, maka manusia sebagai khalifah di bumi mendapat tugas kependidikan, dan
hal itu terkandung di dalam firman Allah (Q.S al-Baqarah : 31).
Adapun menurut Imam Ghazali bahwa
fungsi, kewajiban dan tanggungjawab guru adalah:
1. Mengikuti
jejak Rasulullah Saw dalam tugas dan kewajibannya
2. Memberikan
kasih sayang terhadap anak didik
3. Menjadi
contoh yang baik bagi anak didik dan
4. Menghormati
kode etik guru.[12]
Maka seorang guru harus meneladani
Rasulullah Saw. Dan wajib untuk mengajarkan ilmunya seperti dinyatakan dalam
hadis :
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ
تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَضَى بِهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالىَ لَا يَتَعَلَّمَهُ
إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ
القِيَامَةِ يَعْنِى رِيْحُهُمَا
”Barangsiapa yang belajar ilmu
tidak diamalkan hanya untuk kepentingan dunia maka berdosa dan pada hari kiamat
tidak akan mendapatkan surga”.[13]
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ
اُلْجِمَ يَوْمَ القِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ (رواه أبو داود)
”Barangsiapa ditanya tentang ilmu
pengetahuan agama, lalu ia merahasiakannya. Maka kelak dihari kiamat mulutnya
dicincang dengan kendali api neraka”.[14]
4.
Sifat-Sifat Seorang Guru
1. bertakwa
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال:اتَّقِ الله حَيثُمَا كُنْتَ ، وأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمحُهَا ، وخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍحَسَنٍ .
(رواه التِّرمِذيُّ وقال : حَديثٌ حَسنٌ ، وفي بعضِ النُّسَخِ :
حَسَنٌ صَحيحٌ )
Dari Mu’adz bin
Jabal, dari Rasulullau saw bersabda: “Bertakwalah dimanapun kamu
berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan yang baik maka (perbuatan buruk
itu) akan terhapus. Dan beakhlaklah kepada manusai dengan akhlak yang
baik”. (H.R Turmudzi, dikatakan bahwa hadis ini hasan dan ada juga
yang menyatakan sahih)
2. Berakhlak yang baik, karena Rasul diutus untuk
menyempurnakan (mengajarkan) akhlak yang mulia.
عن أبي هريرة
، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « إنَِّمَا بُعِثْتُ ِلأُتمِمَّ
مَكارِمَ الأَخْلاَقِ »
Dari Abu Hurairah berkata bahwa
Rasulullah s.a.w. bersabda: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia”. (H.R. Al-Bazzar)
3. Menyayangi
anak didiknya, dan menjauhi kekerasan
وقد روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال :
عَلّمُوْا وَلاَ تُعَنّفُوْا فَإِنّ المُعَلّمَ خَيْرٌ مِنَ المُعَنّفِ (البخاري)
Telah diriwayatkan dari
Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jadilah pengajar dan janganlah
(hindarilah) menjadi orang yang kejam, karena pengajar itu lebih baik daripada
orang yang kejam (berbuat kekerasan)”. (H.R Bukhari)
4. Ikhlas dalam mengajar
عُمَرَ بنُ الخطاب رَضِيَّ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ
النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: إِنَّمَا الأعْمَالُ بِالنِّيَّةِ،
وَإِنَّمَا لامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ
إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا
هَاجَرَ إِلَيْهِ » (الْبُخَارِيّ وَمُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَالنَّسَائِيُّ
وَابْن مَاجَهْ)
Dari ‘Umar bin Khatab r.a: Saya
mendengat Rasulullah saw bersabda:“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung
apa yang diniatkannya, barang siapa yang berhijrah (niatnya) karena Allah dan
Rasulnya, maka hijrahnya itu akan mencapai (ridha) Allah dan Rasulnya. Namun
barang siapa yang hijrahnya karena (menginginkan) kehidupan dunia dan wanita
yang ingin dinikahinya, maka dia hanya akan sekedar mendapat apa yang
diniatkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)
5. Berkompeten sebagai pendidik, artinya sebelum mengajar
seorang pendidik pernah belajar apa yang akan diajarkannya
عن عثمان أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: خَيْركُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآن وَعَلَّمَهُ )الْبُخَارِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ (
Dari Usman, bahwasannya Rasulullah
saw bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al- Qurân dan
mengajarkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)
6. Guru Adalah Profesi Yang
Istimewa
1. Pengajar dalam Islam dipandang memiliki kedudukan yang terhormat
عن أبي الدَّرْدَاء ، قال :سَمِعْتُ رَسولَ اللهِ صلّى الله عليه وسلم يَقولُ
: « فَضْلُ الْعالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَة الْبَدْرِ علَى
سائِرِ الْكَواكِبِ (أبو داود)
Dari Abu Darda berkata, Rasulullah saw bersabda: “keutamaan seorang
yang berilmu (pengajar) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti
keutamaan bulan purnama atas semua bintang”. (H.R Abu Dawud)
2. Imu yang
diajarkan akan menjadi amal yang terus mengalir pahalanya
عن أبي هريرة ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « إِذَا مَاتَ اِبْن
آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ
يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ» (مُسْلِمٌ)
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jika manusia
mati, terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu: sadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat (diamalkan/ diajarkan), dan anak saleh yang selalu mendo’akannya”. (H.R
Muslim)
3. Pendidik
akan mendapatkan nilai kebaiakan (pahala) dari ilmu yang diamalkan peserta
didikknya.
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْر مِثْل أُجُور مَنْ تَبِعَهُ
لَا يَنْقُصذَلِكَ مِنْ
أُجُورهمْ شَيْئًا (مُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَابْن مَاجَهْ)
“Barang siapa yang menyeru pada
kebenaran, maka dia akan mendapat pahala dari orang yang mengikuti kebenaran
darinya tanpa mengurangi nilai pahala orang yang mengikutinya tersebut”. (H.R Muslim, Turmudzi, dan Ibnu
Majah)
4. Semua yang dipakai (dikeluarkan) pendidik untuk memperlancar
proses pendidikan akan diperhitungkan di hari kiamat seperti darahnya syuhada.
عن أبي الدرداء قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: « يُوْزَنُ يَوْمَ الْقِيامَةِ مِدَادُ الْعُلَمَاءَ وَدَم الشُّهَدَاءَ » (أبو
داود)
Dari Abu Darda berkata: Rasulullah saw bersabda: “Akan ditimbang
pada hari kiamat nanti, tinta ‘ulama (pendidikan) dengan darah syuhada”. (H.R
Abu Dawud)
JAWABAAN
1.
Pendidik akan mendapatkan nilai kebaiakan (pahala)
dari ilmu yang diamalkan peserta didiknya.
مَنْ دَعَا
إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ
مِنْ الْأَجْر مِثْل أُجُور مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصذَلِكَ مِنْ أُجُورهمْ شَيْئًا (مُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَابْن
مَاجَهْ)
“Barang
siapa yang menyeru pada kebenaran, maka dia akan mendapat pahala dari orang
yang mengikuti kebenaran darinya tanpa mengurangi nilai pahala orang yang
mengikutinya tersebut”. (H.R Muslim, Turmudzi, dan Ibnu
Majah)
Ø ALASAN
Negara kita
adalah negara yang ramah di mana negara indonesia ini banyak agama, budaya,
suku, dan bahasa. Tapi negara indonesia tetep bersatu , jadi kita sebagai
mahasiswa/ mahasiswi bisa memanfaat kan ke adaan ini untuk mengajak kebenaran
khususnya umat islam umumnya warga indonesia tanpa ada perlawanan. Maka kita sebagai anak
muda harapan masa depan bangsa mulai dari sekarang kita introfeksi diri dan
mengajak anak muda yang salah pergaulan untuk kembali ke jalan yang lurus dan
benar.
2.
CONTOH
Ø Mengikuti
jejak Rasulullah Saw dalam tugas dan kewajibannya
Ø Memberikan
kasih sayang terhadap anak didik
Ø Menjadi
contoh yang baik bagi anak didik dan Menghormati kode etik guru.
3.
MENGAMALKAN
Cara saya mengamalkan hadis dari pon 1 sebagai berikut
:
Ø Bisa kan
mengajak saudara muslim kita dalam hal kebaikan
Ø Menarik muslim
yang salah untuk kembali ke jalan yang benar
Ø Berdakwah
melalu lisan, perbuatan, dan kegiatan.
Ø Menjadi suri
tauladan generasi di bawa umurnya
Ø Senantisa
menjaga lisan kita dalam kodisi apa pun
4.
KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kenyataan kini di indonesia penidikan belum dapat di
katakan merata pada semua daerah yang ada di indonesia. Haya kota kota besarlah
pendidikan dapat terliahat, banyak sekali kita temui pada daerah-daerah
terpencil kesetaraaan pendidikan belum teras. Tidak haya itu pendidikan di
indonesia yang ada di kota beras tidak seimbang antara pelajaran umum dan agama
di kota pendidikan umum lebih di utmakan dan penidikan agama di pandang sebelah
mata saja, dampak dari itu ank pelajar sering terlibat tauran, berkelahi,
balapan motor DLL.
0 komentar:
Posting Komentar