Guru Sebagai Ujung Tombak pendidikan Islam (S2HADISTARBAWI1)

Tugas hadis tarbawi 1
Nama                    : Khoirul Imam
Kelas/ Semester     : PAI A / II
Mata Kuliah          : Hadis Tarbawi 
Dosen                   : Hajiin Mabrur, MSI

Guru Sebagai Ujung Tombak pendidikan Islam
1.      Pengertian Guru
Dalam bahasa Arab guru dikenal sebagai al mu’alim atau ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis ta’lim (tempat belajar). Dalam hal ini guru mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritual manusia. Sehingga dari beberapa definisi di atas pengertian guru menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual Intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic). Semua kecerdasan itu pada hakikatnya menjadi bagian dari kecerdasan ganda (multiple intelligence). Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional intelektual, fisikal maupun aspek lainnya.
Tercantum dalam al-Qur'an surat al-Jumu’ah ayat 2 Dalam pendidikan guru merupakan kunci utama dalam agenda proses kemanusiaan (pendidikan) di mana guru sebagai ujung tombak pendidikan harus mampu secara evolutif membangun manusia memiliki norma-norma hidup dan berkata-kata. Sehubungan dengan itu Allah telah memberikan petunjuk kepada para rasul tentang apa yang seharusnya di didikan kepada umat atau kepada generasi penerus sebagaimana dalam firman Allah swt :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (الجمعة : 2(
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al-Jumu’ah: 2)
2.    Peran Seorang Guru dalam Pendidikan Islam
Keberadaan guru dalam pembelajaran di Madrasah masih tetap memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur yang terdapat dalam diri para peserta didik yang tidak dapat diganti seperti unsur manusiawi, sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain. Guru merupakan ujung tombak penggerak kemajuan dalam pendidikan.
Dalam sebuah hadist Rasulullah pernah bersabda :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الصَّنْعَانِيُّ حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ جَمِيلٍ حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ صَحِيحٌ قَالَ سَمِعْت أَبَا عَمَّارٍ الْحُسَيْنَ بْنَ حُرَيْثٍ الْخُزَاعِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ الْفُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ يَقُولُ عَالِمٌ عَامِلٌ مُعَلِّمٌ يُدْعَى كَبِيرًا فِي مَلَكُوتِ السَّمَوَاتِ
“Telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin Abdul A’la Ash-Shan’ani, katanya: telah memberitahukan kepada Salamah bin Raja’, katanya: telah memberitahukan kepadaku Walid bin Jamil, katanya: telah memberitahukan kepada Al-Qasim Abu ‘Abdirrahman, dari Abu Umamah Al Bahili berkata: “Disebutkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dua orang laki-laki, yang satu seorang ahli ibadah dan yang satunya seorang yang berilmu”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang yang ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah di antara kamu”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya, penduduk langit dan bumi hingga semut yang berada di lubangnya, dan ikan-ikan selalu mendoakan seorang guru yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”.
Abu ‘Isa (Tirmidzi) berkata: “Hadis ini adalah hadis hasan gharib shahih. Saya telah mendengar Abu ‘Ammar al-Husain bin Harits al-Khaza’I berkata: “Saya telah mendengar Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata: “Orang yang berilmu yang mengamalkan dan mengajarkan ilmunya diagungkan di kerajaan langit”[1]
Dari hadist diatas jelas mengatakan bahwa seorang guru lebih utama dari seseorangabid [2]yang hanya sibuk beribadah tanpa memperdulikan  orang-orang yang berada disekitarnya sehingga lupa untuk ikut serta mengamalkan ilmu yang ada padanya. Dan seorang abid yang mengamalkan ilmu dan mengajarkannya pada orang lain jelas lebih utama dari seorang guru yang tidak beribadah.
Sebelum kita membahas tentang guru lebih jauh, bahwa teladan guru yang utama yang patut kita contoh adalah RasulAllah Saw. Beliau patut kita contoh dalam segala bidang termasuk dalam proses pembelajaran. Kemampuan beliau berdakwah guna menyebarkan ajaran Islam, mengajarkan bahkan mendidik umat dari awal turunnya wahyu hingga meninggal.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهِ وَاليَوْمِ الأَخِيْرِ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)    bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan hari kiamat[3]
Menurut Mulyasa peran guru dalam proses pembelajaran adalah :
1.      Guru Sebagai Pengajar, Pendidik, Pelatih, Penasehat dan pembimbing
2.      Guru Sebagai Pribadi
3.      Guru Sebagai Pemindah Kemah
4.      Guru Sebagai Evaluator[4]
Peran guru yang telah dipaparkan oleh Mulyasa diatas telah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut :
1.      Guru sebagai Pengajar, Pendidik dan Pembimbing
Melalui peranannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam diri dan meningkatkan kemampuannya dalam segala hal.yang dimilikinya. Dikarenakan kemampuan paedagogik guru dapat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. RasulAllah Saw selalu menyampaikan wahyu dari Allah setelah beliau mempelajarinya terlebih dahulu. Sehingga bahan atau materi tersebut berkembang terlebih dahulu dalam diri beliau. Hal tersebut dapat kita perhatikan dari kisah-kisah RasulAllah sehari-hari. Seperti dalam hadist yang menerangkan tentang ikhlas berikut ini :
عَنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّاِب رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيّاتِ وَ إِنَّمَا لِإِمْرِئٍ مَانَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَ رَسُولِهِ وَ مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (رواه البخارى)
“Diriwayatkan dari Umar ibn Khattab RA, ia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Bahwasanya amal itu hanyalah berdasarkan pada niatnya. Sesungguhnya bagi tiap-tiap orang (akan memperoleh) sesuai dengan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena mencari dunia ia akan mendapatkannya, atau karena perempuan, maka ia akan menikahinya. Maka (balasan) hijrah sesuai dengan apa yang diniatkan ketika hijrah”. (HR. Bukhari)[5]
Dalam hadist diatas dapat kita pahami bahwa, Rasul Saw menganjurkan setiap muslim untuk ikhlas dalam segala kegiatan yang positif. Dan sebelum itu Rasul Saw menunjukkan keikhlasan tersebut terlebih dahulu dalam kehidupannya sehari-hari.
Kemudian Suwaid menceritakan hal tersebut dan Nabi bersabda :
المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ (رواه إبن ماجه)
Seorang Muslim adalah bersaudara dengan sesama muslim lainnya” [6]
2.      Guru Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah ”guru bisa digugu dan ditiru”. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani.[7]
Hal ini benar adanya. Imam ghazali pernah mengatakan bahwa :
Seorang guru itu harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataanya jangan membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati. Sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang mempunyai mata kepala adalah lebih banyak[8]
Dari perkataan tersebut jelaslah bahwa seorang guru hendaklah mengerjakan apa yang diperintahkan, menjauhi apa yang dilarangnya dan mengamalkann segala ilmu yang diajarkannya, karena tindakan dan perbuatan guru adalah menjadi teladan bagi anak didiknya.
3.      Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah-ubah, dan guru adalah seoranf pemindah kemah, yang suka berpindah-pindah dan membantu peserta didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Rasulullah Saw diutus membawa agama Islam sebagai rahmatan lil-alamin. Membawa umat dari keadaan hidup yang dinaungi perbuatan-perbuatan tercela menuju keadaan hidup yang sa’adatun fi ad-dunya wa al-akhirah.
Dahulu kaum Quraisy sering saling mengganggu hingga Rasulullah Saw datang membawa Islam Rasulullah melarangnya dengan menegaskan dengan hadis berikut :
عَنْ عَبْدُ اللهِ بْنِ عَمْرُو رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَ يَدِهِ وَ المُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى عَنْهُ (رواه أحمد)
Diriwayatkan dari Abdullah ibn Amr RA,. Ia berkata, saya mendengar Rasulullah Saw bersabda : seorang muslim itu adalah orang-orang yang menyelamatkan terhadap sesamanya muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Dan muhajir adalah orang yang menahan diri dari apa yang dilarang Allah kepadanya” (HR, Bukhari).[9]
4.      Guru sebagai Evaluator
Kalau kita perhatikan dunia pendidikan akan kita ketahui bahwa setiap jenis  pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan selalu mengadakan evaluasi. Demikian juga dalam satu proses pembelajaran guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai atau belum.
وعليك أنزل ؟ ، قال : إني أحب أن أسمعه من غيري ، فقرأت عليه حتى إذا بلغت فكيف إذا جئنا من كل أمة بشهيد وجئنا بك على هؤلاء شهيدا .......................(أحمد)
Dari Abdullah r.a, rasulullah saw bersabda: rasul bersabda kepadaku: “Bacalah al-Quran untukku. ”saya berkata: ”apakah aku akan membacakan al-quran untukmu, sedangkan al-quran ini turun kepadamu?” Beliau bersabda: “sesungguhnya aku senang mendengarkan (bacaan al-quran) dari orang lain.“saya pun membacanya sampai ketika tiba pada ayat: Fakaifa ‘idzaa ji’naa min kulli ummatin bisyahidiin waji’na bika ‘alaa haa-‘ulaai syahiida” ia berkata: saya melihat kedua mata beliau bercucuran air mata. (H.R Ahmad)[10]
Dalam keterangan lain:
قال عمر بن الخطاب : « حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا ،
“Umar berkata: Hisablah (evaaluasi) dirimu sebelum engkau dihisab.[11]
3.   Fungsi, Tugas dan Kewajiban Seorang Guru
Hujjatul Islam, imam al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan mensucikan serta membawa hati menjadi yang taqorrub ila Allah. Para pendidik hendaknya mengarahkan peseta didik untuk mengenal Allah lebih dekat melalui seluruh ciptaan-Nya. Para pendidik dituntut untuk dapat mensucikan jiwa peserta didik. Hanya dengan jiwa-jiwa yang suci manusia akan dekat dengan khaliqnya. Berkenaan dengan konsep ini, an-Nahlawi menyimpulkan  bahwa selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta didik, tugas utama yang perlu dilakukan pendidik adalah tazkiyat an-nafs, yaitu mengembangkan, membersihkan, mengangkat jiwa peserta didik kepada Khaliqnya, menjauhkannya dari kejahatan dan menjaganya agar tetap berada pada fitrah yang hanif.
Selain itu dalam proses belajar-mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam sistem pendidikan, memiliki landasan yang teramat kuat akan keharuan kepemilikan profesional karena Islam adalah agama yang mementingkan keprofesionalan. Dalam Islam setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional dalam arti harus dengan benar dan benar itu hanya mungkin dilakukan oleh orang ahli.

Sebagaimana Rasulullah saw bersabda:
عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
اذا وسد الامر الى غير اهله فانتظر الساعة (رواه البخارى)
Bila sesuatu urusan di kerjakan oleh orang yang tidak ahli maka tunggulah kehancurannya. (H.R. Bukhari).
Selain itu dasar dari kepemilikan kemampuan atau keharusan kepemilikan kemampuan atau kompetensi seorang guru terdapat dalam al-Qur'an surat (az-Zumar : 9).
…Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Az-Zumar : 9).
Al-Qur'an sebagai landasan paradigma pemikiran pendidikan Islam, telah banyak mengungkapkan analisis kependidikan yang memerlukan perenungan mendalam, terutama bagi praktisi pendidikan, pemikiran pendidikan yang berlandaskan berdasarkan kepada wahyu Tuhan menuntut terwujudnya suatu sistem pendidikan yang komprehensif, meliputi ketiga pendekatan dalam istilah ilmu pendidikan yaitu cognitive, affective, dan psikomotorik. Ketiga pendekatan yang nantinya akan mampu melahirkan pribadi-pribadi pendidik yang akan berperan dalam menginternalisasikan nilai-nilai Islam dan mampu mengembangkan peserta didik ke arah pengalaman nilai-nilai Islam secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi realitas wahyu Tuhan.
Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi (alam). Khalifah berarti memegang amanat, mandataris dan kuasa  untuk merealisir dan menjabarkan kehendak dan kekuasaan Allah di alam. dalam hubungannya dengan fungsi rububiyah (kependidikan) terhadap alam manusia, maka manusia sebagai khalifah di bumi mendapat tugas kependidikan, dan hal itu terkandung di dalam firman Allah (Q.S  al-Baqarah : 31).
Adapun menurut Imam Ghazali bahwa fungsi, kewajiban dan tanggungjawab guru adalah:
1.    Mengikuti jejak Rasulullah Saw dalam tugas dan kewajibannya
2.    Memberikan kasih sayang terhadap anak didik
3.    Menjadi contoh yang baik bagi anak didik dan
4.    Menghormati kode etik guru.[12]
Maka seorang guru harus meneladani Rasulullah Saw. Dan wajib untuk mengajarkan ilmunya seperti dinyatakan dalam hadis :
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَضَى بِهِ وَجْهُ اللهِ تَعَالىَ لَا يَتَعَلَّمَهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الجَنَّةِ يَوْمَ القِيَامَةِ يَعْنِى رِيْحُهُمَا
Barangsiapa yang belajar ilmu tidak diamalkan hanya untuk kepentingan dunia maka berdosa dan pada hari kiamat tidak akan mendapatkan surga”.[13]
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ اُلْجِمَ يَوْمَ القِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ (رواه أبو داود)
”Barangsiapa ditanya tentang ilmu pengetahuan agama, lalu ia merahasiakannya. Maka kelak dihari kiamat mulutnya dicincang dengan kendali api neraka”.[14]
4.     Sifat-Sifat Seorang Guru
1. bertakwa
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال:اتَّقِ الله حَيثُمَا كُنْتَ ، وأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمحُهَا ، وخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍحَسَنٍ .
(رواه التِّرمِذيُّ وقال : حَديثٌ حَسنٌ ، وفي بعضِ النُّسَخِ : حَسَنٌ صَحيحٌ )
Dari Mu’adz bin Jabal, dari Rasulullau saw bersabda: “Bertakwalah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan yang baik maka (perbuatan buruk itu) akan terhapus. Dan beakhlaklah kepada manusai dengan akhlak yang baik”. (H.R Turmudzi, dikatakan bahwa hadis ini hasan dan ada juga yang menyatakan sahih)
2. Berakhlak yang baik, karena Rasul diutus untuk menyempurnakan (mengajarkan) akhlak yang mulia.
عن أبي هريرة ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « إنَِّمَا بُعِثْتُ ِلأُتمِمَّ مَكارِمَ الأَخْلاَقِ »
Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (H.R. Al-Bazzar)
3. Menyayangi anak didiknya, dan menjauhi kekerasan
وقد روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : عَلّمُوْا وَلاَ تُعَنّفُوْا فَإِنّ المُعَلّمَ خَيْرٌ مِنَ المُعَنّفِ (البخاري)
Telah diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: “Jadilah pengajar dan janganlah (hindarilah) menjadi orang yang kejam, karena pengajar itu lebih baik daripada orang yang kejam (berbuat kekerasan)”. (H.R Bukhari)
4. Ikhlas dalam mengajar
عُمَرَ بنُ الخطاب رَضِيَّ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ: إِنَّمَا الأعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ » (الْبُخَارِيّ وَمُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْن مَاجَهْ)
Dari ‘Umar bin Khatab r.a: Saya mendengat Rasulullah saw bersabda:“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung apa yang diniatkannya, barang siapa yang berhijrah (niatnya) karena Allah dan Rasulnya, maka hijrahnya itu akan mencapai (ridha) Allah dan Rasulnya. Namun barang siapa yang hijrahnya karena (menginginkan) kehidupan dunia dan wanita yang ingin dinikahinya, maka dia hanya akan sekedar mendapat apa yang diniatkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)
5. Berkompeten sebagai pendidik, artinya sebelum mengajar seorang pendidik pernah belajar apa yang akan diajarkannya
عن عثمان أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: خَيْركُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآن وَعَلَّمَهُ )الْبُخَارِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ (
Dari Usman, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar al- Qurân dan mengajarkannya”. (H.R Bukhari, Turmudzi, al-Nasai, dan Ibnu Majah)

6.    Guru Adalah Profesi Yang Istimewa
1. Pengajar dalam Islam dipandang memiliki kedudukan yang terhormat
عن أبي الدَّرْدَاء ، قال :سَمِعْتُ رَسولَ اللهِ صلّى الله عليه وسلم يَقولُ : « فَضْلُ الْعالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَة الْبَدْرِ علَى سائِرِ الْكَواكِبِ (أبو داود)
Dari Abu Darda berkata, Rasulullah saw bersabda: “keutamaan seorang yang berilmu (pengajar) atas seorang ‘abid (ahli ibadah) seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang”. (H.R Abu Dawud)
2. Imu yang diajarkan akan menjadi amal yang terus mengalir pahalanya
عن أبي هريرة ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « إِذَا مَاتَ اِبْن آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ» (مُسْلِمٌ)
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jika manusia mati, terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal, yaitu: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat (diamalkan/ diajarkan), dan anak saleh yang selalu mendo’akannya”. (H.R Muslim)
3. Pendidik akan mendapatkan nilai kebaiakan (pahala) dari ilmu yang diamalkan peserta didikknya.
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْر مِثْل أُجُور مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصذَلِكَ مِنْ أُجُورهمْ شَيْئًا (مُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَابْن مَاجَهْ)
“Barang siapa yang menyeru pada kebenaran, maka dia akan mendapat pahala dari orang yang mengikuti kebenaran darinya tanpa mengurangi nilai pahala orang yang mengikutinya tersebut”. (H.R Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majah)
4. Semua yang dipakai (dikeluarkan) pendidik untuk memperlancar proses pendidikan akan diperhitungkan di hari kiamat seperti darahnya syuhada.
عن أبي الدرداء قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « يُوْزَنُ يَوْمَ الْقِيامَةِ مِدَادُ الْعُلَمَاءَ وَدَم الشُّهَدَاءَ » (أبو داود)
Dari Abu Darda berkata: Rasulullah saw bersabda: “Akan ditimbang pada hari kiamat nanti, tinta ‘ulama (pendidikan) dengan darah syuhada”. (H.R Abu Dawud)



JAWABAAN
1.        Pendidik akan mendapatkan nilai kebaiakan (pahala) dari ilmu yang diamalkan peserta didiknya.
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الْأَجْر مِثْل أُجُور مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصذَلِكَ مِنْ أُجُورهمْ شَيْئًا (مُسْلِم وَالتِّرْمِذِيّ وَابْن مَاجَهْ)
“Barang siapa yang menyeru pada kebenaran, maka dia akan mendapat pahala dari orang yang mengikuti kebenaran darinya tanpa mengurangi nilai pahala orang yang mengikutinya tersebut”. (H.R Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majah)
Ø  ALASAN
Negara kita adalah negara yang ramah di mana negara indonesia ini banyak agama, budaya, suku, dan bahasa. Tapi negara indonesia tetep bersatu , jadi kita sebagai mahasiswa/ mahasiswi bisa memanfaat kan ke adaan ini untuk mengajak kebenaran khususnya umat islam umumnya warga indonesia  tanpa ada perlawanan. Maka kita sebagai anak muda harapan masa depan bangsa mulai dari sekarang kita introfeksi diri dan mengajak anak muda yang salah pergaulan untuk kembali ke jalan yang lurus dan benar.
2.         CONTOH
Ø  Mengikuti jejak Rasulullah Saw dalam tugas dan kewajibannya
Ø  Memberikan kasih sayang terhadap anak didik
Ø  Menjadi contoh yang baik bagi anak didik dan Menghormati kode etik guru.
3.        MENGAMALKAN
Cara saya mengamalkan hadis dari pon 1 sebagai berikut :
Ø Bisa kan mengajak saudara muslim kita dalam hal kebaikan
Ø Menarik muslim yang salah untuk kembali ke jalan yang benar
Ø Berdakwah melalu lisan, perbuatan, dan kegiatan.
Ø Menjadi suri tauladan generasi di bawa umurnya
Ø Senantisa menjaga lisan kita dalam kodisi apa pun
4.        KONDISI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kenyataan kini di indonesia penidikan belum dapat di katakan merata pada semua daerah yang ada di indonesia. Haya kota kota besarlah pendidikan dapat terliahat, banyak sekali kita temui pada daerah-daerah terpencil kesetaraaan pendidikan belum teras. Tidak haya itu pendidikan di indonesia yang ada di kota beras tidak seimbang antara pelajaran umum dan agama di kota pendidikan umum lebih di utmakan dan penidikan agama di pandang sebelah mata saja, dampak dari itu ank pelajar sering terlibat tauran, berkelahi, balapan motor DLL.



Penulis : Unknown ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Guru Sebagai Ujung Tombak pendidikan Islam (S2HADISTARBAWI1) ini dipublish oleh Unknown pada hari Minggu, 24 Juli 2016. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Guru Sebagai Ujung Tombak pendidikan Islam (S2HADISTARBAWI1)
 

0 komentar:

Posting Komentar